tim PKM longsor sirampog
tim PKM longsor sirampog1
posko sirampog
tim PKM longsor sirampog
TIM PKM Sirampoq Dengan ESDM
TIM PKM Sirampoq dengan BPBD Brebes

Pada tanggal 4 dan 5 Mei 2025 Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknologi Mineral dan Energi (FTME) UPN “Veteran” Yogyakarta mengunjungi lokasi terjadinya gejala lahan bergerak di desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tim dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, “dikawal” langsung oleh Dekan FTME, Dr. Ir. RM. Basuki Rahmad, MT., beranggotakan Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K., M.Sc, Dr. Arif Riyanto Budi Nugroho, MT., MT., Ir. Aditya Pandu Wicaksono, S.Si., M.Sc. Kegiatan tersebut dibantu Gigih Aditya Pratama, S.T., M.T, peneliti Pusat Studi Manajemen Bencana sekaligus alumni Magister Teknik Geologi, serta Juta Hasby Wijaya dan Diki Taqiyuddin Mulyana mahasiswa Program Sarjana Geomatika.

Sebagaimana dikabarkan oleh berbagai media cetak dan elektronik, pada awal bulan April yang lalu, di beberapa Lokasi yang berada di wilayah Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes mengalami pergerakan lahan yang mengakibatkan kerusakan rumah warga yang tinggal di Lokasi tersebut. Pergerakan tanah ini ditengarai mulai terjadi sejak Kamis dini hari 17 Maret 2022, dan saat ini terasa lebih intensif.

Wilayah yang terdampak pergerakan tanah awalnya meliputi empat pedukuhan, yaitu Krajan, Karanganyar, Babakan, dan Cupang Bungur. Kemudian, pergerakan tanah meluas dan mencapai Pedukuhan Ares. Tersebarnya dampak ke berbagai pedukuhan dalam Desa Menggala menunjukkan luasan cakupan bencana ini. Tercatat 502 orang terdampak, dengan 404 di antaranya mengungsi di penampungan sementara, di lapangan futsal Gunung Poh, sedang lainnya rumah kerabat, dan bahkan ke luar daerah

Gejala-gejala Gerakan lahan dapat diamati dengan jelas di dusun Krajan, dan Babakan, berupa rekahan-rekahan lateral menganga, mulai dari lebar beberapa milimeter hingga lebih dari 30 cm. Pergerakan secara vertikal dan/atau amblesanpun dapat dilihat mulai dari penurunan beberapa cm hingga 7 meter. Pergerakan lahan ini dipengaruhi oleh kondisi topografi yang berupa lereng pegunungan dengan kemiringan cukup terjal hingga terjal (20% hingga lebih dari 100%). Selain itu batuan yang kandungan lempung cukup besar, dan telah lapuk, dipicu oleh air hujan yang meresap ke dalam tanah, meningkatkan tekanan pori, serta menambah beban lereng. Di sisi lain kondisi geologi berupa keberadaan sesar aktif di daerah ini diduga turut memperparah kejadian lahan bergerak.

Secara fisiografi Lokasi lahan bergerak berada di Zona Serayu Utara bagian Barat (Van Bemmelen, 1949), disusun oleh Formasi Rambatan di bagian bawah, dan endapan vulkanik dari Gunung Slamet Tua di atasnya. Formasi Rambatan terdiri dari perselang-selingan antara batulempung menyerpih, napal, dan batupasir gampingan, di sisi lain endapan Gunung Slamet tua tersusun atas breksi, batupasir, dan bongkah-bongkah batuan beku dengan berbagai ukuran. Secara umum baik Formasi Rambatan maupun endapan Gunung Slamet Tua telah mengalami pelapukan cukup intensif, sehingga membentuk tanah dengan ketebalan 3 – 7 meter. Jenis tanah yang dominan di wilayah ini adalah Alluvial Abu-abu, serta Latosol, Andosol, dan Grumosol.

Dalam peristiwa Gerakan lahan ini, dilaporkan 135 rumah warga mengalami rusak berat, dan puluhan lainnya mengalami retak-retak. Warga yang rumahnya terdampak Gerakan tanah ini telah dipindahkan di tempat pengungsian sementara. Hal penting terkait Kejadian ini adalah adalah tanah bergerak terus berkembang, menyebabkan kerusakan pemukiman yang signifikan sehingga memaksa ratusan warga untuk mengungsi. Wilayah terdampak meluas ke beberapa pedukuhan di Desa Menggala. Kerusakan tidak hanya terbatas pada tempat tinggal, tetapi juga infrastruktur seperti jalan, fasilitas pendidikan dan ibadah, serta sektor pertanian dengan rusaknya lahan dan sistem irigasi, yang berdampak pada produktifitas warga dalam jangka panjang.

Respon terhadap bencana ini melibatkan berbagai tingkatan pemerintahan, mulai dari BPBD Kabupaten Brebes, BPBD Provinsi Jawa Tengah, hingga BNPB. Upaya tanggap darurat meliputi evakuasi warga, pendirian posko pengungsian, dan penyaluran bantuan logistik. Pemerintah daerah dan provinsi juga aktif dalam memberikan dukungan dan merencanakan solusi jangka panjang, termasuk wacana relokasi warga terdampak ke lokasi yang lebih aman.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini FTME telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, antara lain Pemkab Brebes, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi. Adapun peran yang akan diambil oleh FTME adalah Menyusun Peta Zonasi Rawan Gerakan Massa di Kecamatan Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, guna pengelolaan lingkungan, dan penguatan kapasistas Masyarakat yang lebih baik. Untuk selanjutnya FTME diharapkan dapat terlibat dan berkontribusi dalam penyusunan Kajian Kebutuhan Pascabencana (JITUPASNA) dan Rencana Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana (R3P) yang sedang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes.